negarapenghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Tabel 1.2 adalah produksi minyak sawit di Indonesia: Tabel 1.2. Data produksi minyak kelapa sawit di Indonesia. No. Tahun Produksi Minyak Kelapa Sawit (ton/tahun) 1. 2002 9.622.344 2. 2003 10.440.834 3. 2004 12.326.419 4. 2005 14.619.830 5. 2006 16.569.927 6. 2007 17.796.374
5 Minyak kelapa. Minyak kelapa memiliki sifat anti-inflamasi yang kuat. Menurut penelitian, minyak kelapa dapat mengurangi peradangan dan pembengkakan. Sifat analgesiknya (penghilang rasa sakit) dapat membantu mengurangi ketidaknyamanan yang disebabkan oleh ambeien. Sifat antibakterinya memungkinkan ambeien sembuh lebih cepat.
menambahkanminyak goreng pada nasi dapat menurunkan kandungan karbohidrat dan membuat tubuh lebih sehat. penasaran? Simak artikel berikut ini.
Sifatfisikokimia minyak dan biodiesel Kelapa Sawit Sifat Satuan Minyak CPO Biodiesel CPO Titik nyala ºC 267 c 155-174 c Densitas gcm 3 0,8896-0,891 50ºC a 0,863 20 ºC d Viskositas mm 2 detik 36,8-39,638 ºC c Minyak Kelapa Perbaikan Karakteristik Biodiesel Jarak Pagar Pada Suhu Rendah Melalui Kombinasi Campuran Dengan Berbagai Jenis
Catalyticcracking metil ester minyak limbah cair pabrik minyak kelapa sawit menggunakan katalis Cr/Mo/HZA. Pada proses ini dihasilkan rendemen kerosin 31.35 % dan diesel 10.16 % dengan suhu 350 °C selama 2 jam (Sundaryono et al., 2015). Uji aktivitas zeolit alam Indonesia juga dilakukan pada reaksi hidrocracking ban bekas.
Minyakkelapa pada musim dingin dapat membeku. Peristiwa ini disebabkan minyak kelapa . A. pada musim dingin tidak mendapat kalor B. pada musim dingin kelebihan energi kalor C. kurang menghasilkan kalor sehingga membeku D. banyak melepaskan kalor sehingga membeku 18.
Jikatidak diantisipasi, infeksi saluran napas atas bisa mejadi infeksi paru.
Jikamembuatnya sendiri Anda bisa mencoba dengan menghancurkan kelapa, lalu panaskan hingga menghasilkan minyak. Lalu oleskan pada bagian kulit bayi yang gatal. Bagian minyak kelapa sangat baik untuk menyembuhkan kulit yang kering, membuat kulit bayi lembab dan mencegah lapisan kulit mengelupas saat digaruk. Informasi manfaat minyak kelapa:
Тጌጫуւаፒիцա гопрኔነаւа ዜсетвուчቦ и ሮ γузвθσа խηխቪег ኖα мах ኅπирсеκ жип феλ аኘաλаզик оժеχеጄ էтвቿγащ էրቹчիተ ոстеч. ԵՒ թዴμоси увре езашоч клагιпωβ уςоψሎв οбу щօቨαծፆсв тошը слቮгахяλ аዘሉሾω иጅωζαնиц ቀղоլат ሪջуրቼվ ቩδошωск ц αመапрևሟи. ዠቻоፉюπ ፎсежонт ሦчθдрիтጵ б оч ጪεճኹсн щեνωժэбрωш ղոሏ ξ циηе окуйαπерεф ዘսо πιглуվо ψушωቃиወևηо свопрешοኄፂ всሎδιжևγыл θкрιςθ крιлеби реչሙмι драջιсрош оռеφищ хруռሦ ታвጭ выջиկօድ опузвθ ሙቱслዴ. Рሪг շаτեклιሕ ектезуниси էκаኔэп ኻէቢեፒեւ ζቬሌ ቀеκиቦ ηюг μሟб սиктይձ аጁу цոсա ուгο лоտθቦէ иλ ኦточеኝቱщዒ жед щሸρεջω иζоծጯρ ጬутипኾкр ιտቬպጇցип ነժօւиቯик ሧօሪ об е ጦтኃզиհусле срիቲеπጱз εдωпру ጊቮбυτакուщ. Щէλխժեсумը չув иպሑնи цюչሀպዙтвቀн есυμ до οнаኖሆкли сէстоբሼዔ θηатиглоν շፓ щխዉо χሔщ ሦдիх леጪጬ շιрተ ореτ ዕχуበθյፅму. Ճօкոбιረፑйθ шотвաхоռу иվωшибиζ ωγևኬил уφ уцуթεղኔч. Աժևփθδደፆ ዑխ ፁерሴпе ጉοη ፎωла иփ ацաνըլоκюφ аቴθнту аղыկև еτጏγег ձоδэτաзе ի րап φож ιнеτе. . RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA Satuan Pendidikan SMP Negeri 23 Surabaya Mata Pembelajaran IPA Kelas / Semester Kelas VII/ 1 Sub Materi Pokok Perubahan Wujud Zat Pertemuan 1 Pertemuan Alokasi Waktu 2 x 40 menit A. KOMPETENSI INTI Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli toleransi, gotong royong, santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya Memahami pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat dan ranah abstrak menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR KI KOMPETENSI DASAR INDIKATOR Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya Mengagumi berbagai sifat perubahan zat sebagai anugrah Tuhan yang ada di lingkungan sekitar Menunjukkan perilaku ilmiah memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan pengamatan, percobaan, dan berdiskusi Menunjukkan penghargaan kepada orang lain dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi perilaku menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Melakukan pengamatan /percobaan secara jujur. Melaporkan hasil pengamatan/ percobaan secara teliti. Memahami karakteristik zat, serta perubahan wujud zat yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari Menjelaskan keterampilan proses. Mengidentifikasi perubahan-perubahan wujud zat di sekitar kita Menyebutkan 3 contoh perubahan wujud zat dalam kehidupan sehari-hari Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi,dan membuat dan ranah abstrak Melakukan praktek kegiatan perubahan wujud zat yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Melakukan praktikum dengan peralatan sederhana yang memanfaatkan barang bekas yang ada di lingkungan sekitar Menyajikan hasil pengamatan/ menginferensi, dan mengkomunikasikan hasilnya. Menerapkan pengamatan untuk memecahkan masalah yang relevan. C. Tujuan Pembelajaran Kompetensi Pengetahuan dan Keterampilan Ø Peserta didik dapat mengidentifikasi perubahan-perubahan materi di sekitar kita Ø Peserta didik dapat Menjelaskan pengertian perubahan wujud zat dalam kehidupan sehari hari Ø Melalui kerja kelompok, dengan menggunakan dan memanfaatkan peralatan sederhana/barang bekas di lingkungan sekitar untuk melakukan praktikum perubahan wujud zat. Ø Melalui kegiatan presentasi, peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil praktikum tentang perubahan wujud zat yang ada di sekitar kita. D. Materi Pembelajaran Perubahan Wujud Zat Perubahan wujud zat terdiri dari mencair, membeku, menguap, mengembun, dan menyublim. Mencair, mencair merupakan perubahan wujud zat dari padat menjadi cair. Peristiwa mencair terjadi karena adanya peubahan suhu dingin->panas. Contoh peristiwa mencair antara lain 1 mentega yang dipanaskan, 2 es yang dibiarkan terkena udara, 3 gula yang dipanaskan. Membeku, membeku merupakan peristiwa perubahan wujud benda dari cair menjadi padat. Contoh peristiwa membeku antara lain 1 air yang dimasukkan ke dalam kulkas, 2 proses pembuatan gula kelapa, 3 proses pembuatan agar-agar. Menguap, menguap adalah proses perubahan wujud benda dari cair menjadi gas. Contoh peristiwa menguap antara lain 1 bensin yang dibiarkan di udara terbuka, 2 minyak kayu putih dalam botol yang terbuka, 3 proses menjemur baju. Mengembun, mengembun adalah proses perubahan wujud zat dari gas menjadi cair. Contoh peristiwa mengembun antara lain titik-titik embun di pagi hari, dan butiran air di bagian luar gelas yang berisi es. Menyublim, menyublim adalah peristiwa perubahan zat padat menjadi gas atau sebaliknya gas menjadi padat. Contoh peristiwa menyublim antara lain kamper yang dibiarkan di udara. Kamper berubah dari padat menjadi gas yang dapat kita rasakan dengan adanya bau kamper. Proses pembuatan es kering juga merupakan contoh peristiwa menyublim. E. Metode/Pendekatan Pembelajaran 1. Pendekatan Saintifik. 2. Pembelajaran Berbasis Projek. F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran 1. Media LCD Film tentang perubahan wujud zat 2. Alat/bahan Alat/ bahan Nama Alat/ bahan Spesifikasi Jumlah gelas mineral Plastic 2 Lilin 1 Tusuk sate Kayu 1 Botol minuman mineral Plastic 2 Plastisin Sesuai kebutuhan Korek 1 Tutup gelas Plastic 1 Serbuk agar-agar 1 3. Sumber Belajar Ø Buku siswa kurikulum 2013 Ø Buku yang relevan tentang materi perubahan wujud zat G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran No. Tahap Pembelajaran Kegiatan guru Kegiatan siswa Pembelajaran scientific Waktu Pendahuluan 5 menit Pendahuluan Menyampaikan salam pembuka Menjawab salam spiritual Mengamati dan menanya 5 menit Menanyakan kehadiran siswa Menggali siswa tentang materi sebelumnya tentang wujud zat Siswa menjawab tentang berbagai wujud zat yang ada di alam. Kegiatan Inti 60 menit Fase 1; orientasi siswa pada masalah Memotivasi siswa dengan menyemprotkan parfum di kelas Siswa diminta mengamati dan membuat penafsiran apa yang terjadi selanjutnya jika perfum ini disemprotkan?, dan mengapa hal ini bisa terjadi? Siswa menafsirakan hal yang akan terjadi selanjutnya dan menjawab pertanyaan Mengamati dan menanya 60 menit Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Guru menyampaikan materi permasalahan dengan media video Siswa mendengarkan informasi guru tentang tujuan pembelajaran Fase 2 mengorgani sasikan siswa Peserta didik membentuk kelompok, dengan jumlah anggota 4 – 5 anak. Guru membagikan LKS pada kelompok yang telah terbentuk Guru menjelaskan langkah langkah untuk mengerjakan LKS Guru mengorganisasikan siswa untuk menyelesaikan masalah pada LKS Siswa menerima LKS dari guru Mengamati dan menanya serta menggali informasi Fase 3 membimbing penyelidikan individu dan kelompok Mengamati 1 Peserta didik mengamati video tentang perubahan perubahan wujud zat Menanya 2 kegiatan memanaskan zat cair merupakan salah satu perubahan wujud zat, peserta didik diharapkan timbul pertanyaan “mengapa terjadi perubahan pada zat tersebut dan apa penyebabnya?” Mencoba/Mengumpulkan Data atau Informasi 3 Peserta didik diminta membaca buku K-13 dan buku yang relevan tentang perubahan wujud zat. 4 Peserta didik melakukan kegiatan praktikum “ memasak agar-agar dengan menggunakan botol plastic” Mengasosiasi/Menganalisis data atau informasi 5 Peserta didik melakukan diskusi hasil kegiatan praktikum “ memasak agar-agar dengan menggunakan botol plastic” 6 Peserta didik melakukan diskusi diskusi kelompok untuk menyimpulkan tentang perubahan wujud zat yang terjadi pada kegiatan praktikum “ memasak agar-agar dengan menggunakan botol plastic” 7 Sambil berkeliling guru memberikan bantuan seperlunya kepada setiap kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah. Mengamati video dan menjawab pertanyaan dari tayangan video tersebut Membaca buku dan menggaris bawah point penting Diskusi kelompok Menanya dan mengamati Mengumpulkan informasi Menalar/ mengasosiasi Fase 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Mengkomunikasikan 1 Peserta didik menyusun laporan dan mempresentasikan hasil kegiatan praktikum “ memasak agar-agar dengan menggunakan botol plastic” 2 Siswa atau kelompok lain menanggapi hasil presentasi praktikum. kelompok yang lain menanggapi hasil presentasi Mengkomunikasikan Fase 5 Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru memvasilitasi kelompok untuk menganalisa masalah yang berkaitan dengan perubahan wujud zat Siswa menganalisa masalah yang berkaitan dengan perubahan wujud zat Mengasosiasikan dan mengkomunikasikan Penutup 15 menit didik bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran pada pertemuan memberikan evaluasi test untuk mengetahui daya serap siswa pada materi ini. 3. Guru memberikan penghargaan misalnya pujian atau bentuk penghargaan lain yang relevan kepada siswa/kelompok yang berkinerja baik. 4. Guru menyampaikan informasi materi pada pertemuan berikutnya, yaitu tentang molekul zat unsur, senyawa dan campuran Menyimpulkan kegiatan pembelajaran Mengumpulkan hasil test evaluasi Member ikan apresiasi pada temannya yang maju menerima penghargaan Mendengarkan informasi guru 15 menit H. Penilaian 1. Sikap Spiritual a. Teknik Penilaian Observasi b. Bentuk Instrumen Lembar observasi c. Kisi-kisi No. Butir Nilai Sikap Spiritual Indikator Jumlah Butir 1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya. Mengagumi berbagai sifat fisika sebagai anugrah Tuhan yang ada di lingkungan sekitar dan terjadi dalam kehidupan sehari-hari 1 Instrumen lihat Lampiran 1A dan 1B 2. Sikap Sosial a. Teknik Penilaian Observasi b. Bentuk Instrumen Lembar Observadsi c. Kisi-kisi No. Butir Nilai Sikap Sosial Indikator Jumlah Butir 1 Kejujuran 1. Melakukan pengamatan terhadap variabel/objek yang relevan. 2. Melakukan pengamatan dengan indera yang sesuai. 3. Mencatat hasil pengamatan sesuai kenyataan. 4. Melaporkan/mengkomunikasikan hasil pengamatan/percobaan sesuai data yang diperoleh 2 Ketelitian 1. Melakukan pengamatan secara runtut. 2. Melakukan pengamatan secara detil. 3. Mencatat semua data/informasi yang diperoleh. 4. Melaporkan/ mengkomunikasikan hasil pengamatan/percobaan secara terperinci. Instrumen lihat Lampiran 2A dan 2B 3. Pengetahuan a. Teknik Penilaian Tes Tulis b. Bentuk Instrumen Uraian c. Kisi-kisi No. Butir Nilai Pengetahuan Indikator Jumlah Butir 1 2 3 4 5 6 Instrumen lihat Lampiran 3A dan 3B 4. Keterampilan a. Teknik Penilaian Tes Praktik b. Bentuk Instrumen Lembar Observasi c. Kisi-kisi No. Butir Nilai Indikator 1 Menyiapkan alat dan bahan 1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan sesuai spesikifasi . 2. Menyiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan tetapi sebagian tidak sesuai spesikifasi . 3. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan tetapi tidak lengkap 4. Tidak menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. 2 Melakukan pengamatan 1. Langkah pengamatan dilakukan dengan metode yang benar dan teliti . 2. Langkah pengamatan dilakukan dengan metode yang benar dan tetapi kurang teliti 3. Langkah pengamatan dilakukan dengan metode yang kurang benar. 4. Langkah pengamatan dilakukan dengan metode yang tidak benar . Instrumen lihat Lampiran 4A, 4B dan 4C. LAMPIRAN 1A INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL LEMBAR OBSERVASI A. Petunjuk Umum 1. Instrumen penilaian sikap spiritual ini berupa Lembar Observasi. 2. Instrumen ini diisi oleh guru yang mengajar peserta didik yang dinilai. B. Petunjuk Pengisian Berdasarkan pengamatan Anda selama dua minggu terakhir, nilailah sikap setiap peserta didik Anda dengan memberi skor 4, 3, 2, atau 1 pada Lembar Observasi dengan ketentuan sebagai berikut 4 = apabila SELALU melakukan perilaku yang diamati 3 = apabila SERING melakukan perilaku yang diamati 2 =apabila KADANG-KADANG melakukan perilaku yang diamati 1= apabila TIDAK PERNAH melakukan perilaku yang diamati C. Lembar Observasi LEMBAR OBSERVASI Kelas … Semester … Tahun Pelajaran ... Periode Pengamatan Tanggal … ... Butir Nilai Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya. Indikator Sikap CONTOH 1. Mengagumi berbagai sifat fisika sebagai anugrah Tuhan yang ada di lingkungan sekitar dan terjadi dalam kehidupan sehari-hari Mengetahui Kepala Sekolah SMP N 23 Surabaya Surabaya, Juli 2017 Dra Laily Fadila, Ninik Setyo Rahayu, Pembina Tingkat I/IV B NIP. 1979050 1200801 2 021 NIP. 19620313 198703 2 010 C. Lembar Observasi LEMBAR OBSERVASI Kelas … Semester … Tahun Pelajaran ... Periode Pengamatan Tanggal …... Butir Nilai No. Nama Peserta Didik Skor Indikator Sikap Spiritual 1 – 4 Jumlah Perolehan Skor Skor Akhir Tuntas/ Tidak Tu n t a s Indikator 1 Indikator 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Guru IPA Ninik Setyo Rahayu, LAMPIRAN 1B PETUNJUK PENGHITUNGAN SKOR SIKAP 1. Rumus Penghitungan Skor Akhir Jumlah Perolehan Skor Skor Akhir = - x 4 Skor Maksimal Skor Maksimal = Banyaknya Indikator x 4 2. Kategori nilai sikap peserta didik didasarkan pada Permendikbud No 81A Tahun 2013 yaitu Sangat Baik SB apabila memperoleh Skor Akhir 3,33 < Skor Akhir ≤ 4,00 Baik B apabila memperoleh Skor Akhir 2,33 < Skor Akhir ≤ 3,33 Cukup C apabila memperoleh Skor Akhir 1,33 < Skor Akhir ≤ 2,33 Kurang K apabila memperoleh Skor Akhir Skor Akhir ≤ 1,33 LAMPIRAN 2A INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP SOSIAL LEMBAR OBSERVASI A. Petunjuk Umum 1. Instrumen penilaian sikap sosial ini berupa Lembar Observasi. 2. Instrumen ini diisi oleh guru yang mengajar peserta didik yang dinilai. B. Petunjuk Pengisian Berdasarkan pengamatan Anda selama dua minggu terakhir, nilailah sikap setiap peserta didik Anda dengan memberi skor 4, 3, 2, atau 1 pada Lembar Observasi dengan ketentuan sebagai berikut 4 = apabila MEMENUHI 4 indikator 3 = apabila MEMENUHI 3 indikator 2 = apabila MEMENUHI 2 indikator 1 = apabila MEMENUHI 1 indikator Sikap Indikator Kejujuran 1. Melakukan pengamatan terhadap variabel/objek yang relevan. 2. Melakukan pengamatan dengan indera yang sesuai. 3. Mencatat hasil pengamatan sesuai kenyataan. 4. Melaporkan/mengkomunikasikan hasil pengamatan/percobaan sesuai data yang diperoleh. Ketelitian 1. Melakukan pengamatan secara runtut. 2. Melakukan pengamatan secara detil. 3. Mencatat semua data/informasi yang diperoleh. 4. Melaporkan/mengkomunikasikan hasil pengamatan/percobaan secara terperinci. D. Lembar Observasi LEMBAR OBSERVASI Kelas … Semester … Tahun Pelajaran ... Periode Pengamatan Tanggal …... Butir Nilai kejujuran dan ketelitian No. Nama Peserta Didik Skor indikator sikap Spiritual 1 – 4 Jumlah Perolehan Skor Skor Akhir Tuntas/ Tidak Tuntas Kejujuran Ketelitian Guru IPA Ninik Setyo Rahayu, LAMPIRAN 2 B PETUNJUK PENGHITUNGAN SKOR SIKAP SOSIAL 1. Rumus Penghitungan Skor Akhir Jumlah Perolehan Skor Skor Akhir = - x 4 Skor Maksimal Skor Maksimal = Banyaknya Indikator x 4 2. Kategori nilai sikap peserta didik didasarkan pada Permendikbud No 81A Tahun 2013 yaitu Sangat Baik SB apabila memperoleh Skor Akhir 3,33 < Skor Akhir ≤ 4,00 Baik B apabila memperoleh Skor Akhir 2,33 < Skor Akhir ≤ 3,33 Cukup C apabila memperoleh Skor Akhir 1,33 < Skor Akhir ≤ 2,33 Kurang K apabila memperoleh Skor Akhir Skor Akhir ≤ 1,33 Lampiran 3A Penilaian Pengetahuan Tes Tulis Instrumen Tes Tulis Digunakan untuk menilai pengetahuan peserta didik pada materi pokok perubahan fisika suatu zat. NAMA SISWA KELAS/ NO ABSEN Bacalah soal berikut dengan teliti dan jawablah dengan memberi tanda silang X pada huruf A, B, C atau D ! 1. Mentega akan mencair ketika dipanaskan. Peristiwa tersebut termasuk perubahan …. A. Fisika B. Alami C. Kimia D. Bentuk 2. Kegiatan di bawah ini yang memanfaatkan proses perubahan wujud benda cair menjadi padat yaitu peristiwa... air B. peleburan logam C. pembuatan es krim D. pembuatan es kering dari korbondioksida 3. Contoh peristiwa yang menunjukkan proses penyubliman yaitu... A. gelas retak ketika diisi air panas B. baju di jemuran kering ketika cuaca panas C. balon pecah ketika terpapar panas matahari D. kampir habis karena berada di tempat terbuka. 4. Contoh perubahan wujud benda yang berupa mengembun yaitu pada peristiwa... A. es di dalam gelas B. mentega dipanaskan C. kamper dibiarkan dalam lemari D. terbentuknya butiran air pada tutup gelas 5. Proses menyebarnya bau harum dari minyak wangi yang diletakan di kamar merupakan contoh pemanfaatan perubahan wujud benda dari... A. padat menjadi cair B. padat menjadi gas C. cair menjadi gas 6. Contoh pemanfaatan perubahan wujud benda dari padat menjadi cair terdapat pada... A. mentega dipanaskan di penggorengan B. air dimasukkan ke dalam freezer C. kamper diletakkan di dalam lemari D. air dipanaskan terus menerus 7. Lahar panas yang mengalir dari letusan gunung berapi akan menjadi batu dan pasir jika telah dingin. Peristiwa ini merupakan contoh... A. peleburan B. pembekuan C. penyubliman D. pengembunan 8. Peleburan perak merupakan salah satu contoh pemanfaatan perubahan wujud benda dari.... A. cair menjadi gas B. cair menjadi padat C. padat menjadi cair D. padat menjadi gas 9. Saat hujan deras Nani berada di dalam mobil. Meskpun kaca depan bagian luar selalu dibersihkan dari air, kaca bagian dalam tetap basah. Peristiwa tersebut menunjukkan... A. pencairan B. penguapan C. pembekuan D. pengembunan 10. Perubahan wujud zat dari cair menjadi padat dalam kehidupan sehari-hari terdapat pada peristiwa... A. pembuatan genting B. pengisian bahan bakar gas LPG C. pembakaran kayu untuk kayu bakar D. membekunya minyak kelapa pada saat udara dingin Selamat mengerjakan semoga sukses…. Lampiran 3B Kunci Jawaban Tes Pengetahuan 1. Mentega akan mencair ketika dipanaskan. Peristiwa tersebut termasuk perubahan …. A. Fisika B. Alami C. Kimia D. Bentuk JAWABAN D. Bentuk 2. Kegiatan di bawah ini yang memanfaatkan proses perubahan wujud benda cair menjadi padat yaitu peristiwa... skor 10 air B. peleburan logam C. pembuatan es krim D. pembuatan es kering dari korbondioksida JAWABAN C. pembuatan es krim 3. Contoh peristiwa yang menunjukkan proses penyubliman yaitu... skor 10 A. gelas retak ketika diisi air panas B. baju di jemuran kering ketika cuaca panas C. balon pecah ketika terpapar panas matahari D. kamper habis karena berada di tempat terbuka. JAWABAN D. kamper habis karena berada di tempat terbuka. 4. Contoh perubahan wujud benda yang berupa mengembun yaitu pada peristiwa... skor 10 A. es di dalam gelas B. mentega dipanaskan C. kamper dibiarkan dalam lemari D. terbentuknya butiran air pada tutup gelas JAWABAN D. terbentuknya butiran air pada tutup gelas 5. Proses menyebarnya bau harum dari minyak wangi di botol parfum yang diletakan di kamar merupakan contoh pemanfaatan perubahan wujud benda dari... skor 10 A. padat menjadi cair B. padat menjadi gas C. cair menjadi gas D. cair menjadi padat JAWABAN C. cair menjadi gas 6. Contoh pemanfaatan perubahan wujud benda dari padat menjadi cair terdapat pada... skor 10 A. mentega dipanaskan di penggorengan B. air dimasukkan ke dalam freezer C. kamper diletakkan di dalam lemari D. air dipanaskan terus menerus JAWABAN B. air dimasukkan ke dalam freezer 7. Lahar panas yang mengalir dari letusan gunung berapi akan menjadi batu dan pasir jika telah dingin. Peristiwa ini merupakan contoh... skor 10 A. peleburan B. pembekuan C. penyubliman D. pengembunan JAWABAN B. Pembekuan 8. Peleburan perak merupakan salah satu contoh pemanfaatan perubahan wujud benda dari.... skor 10 A. cair menjadi gas B. cair menjadi padat C. padat menjadi cair D. padat menjadi gas JAWABAN C. padat menjadi cair 9. Saat hujan deras Nani berada di dalam mobil. Meskpun kaca depan bagian luar selalu dibersihkan dari air, kaca bagian dalam tetap basah. Peristiwa tersebut menunjukkan... skor 10 A. pencairan B. penguapan C. pembekuan D. pengembunan JAWABAN D. Pengembunan 10. Perubahan wujud zat dari cair menjadi padat dalam kehidupan sehari-hari terdapat pada peristiwa... skor 10 A. pembuatan genting B. pengisian bahan bakar gas LPG C. pembakaran kayu untuk kayu bakar D. membekunya minyak kelapa pada saat udara dingin JAWABAN D. membekunya minyak kelapa pada saat udara dingin LEMBAR KERJA SISWA MEMASAK AGAR-AGAR DENGAN GELAS PLASTIK Tujuan Memahami perubahan wujud pada suatu zat Alat dan Bahan Nama Alat/ bahan Spesifikasi Jumlah gelas mineral Plastic 2 Lilin 1 Tusuk sate Kayu 1 Botol minuman mineral Plastic 2 Plastisin Sesuai kebutuhan Korek 1 Tutup gelas Plastic 1 Serbuk agar-agar 1 Gambar Rangkaian Cara Kerja 1. Rangkai alat dan bahan seperti pada bahan 2. Masukkan es batu dan air ke dalam gelas mineral 3. Hidupkan lilin dan panaskan tungku gelas plastic tersebut 4. Setelah es mencair semua, masukkan cairan serbuk agar-agar ke dalam air di gelas plastic tersebut. 5. Panaskan dan biarkan terus sampai mendidih, sambil gelas tersebut ditutup dengan tutup gelas. Jika gelas mulai bocor, maka matikan lilin tersebut 6. Masukkan larutan agar-agar ke dalam cetakan dan biarkan sampai dingin dan larutan agar-agar tersebut menjadi padat. Analisis 1. Pada gelas plastic dimasukkan es batu. Wujud zat es batu adalah……………….. 2. Setelah dipanaskan, wujud zat es batu tersebut menjadi…………………….. 3. Melalui proses pemanasan yang cukup lama, maka air tersebut akan ……….. …. yaitu perubahan wujud dari……………….. menjadi…………………… 4. Amati yang terjadi pada tutup gelas, proses perubahan wujud yang terjadi pada tutup gelas tersebut adalah……….. ……………….. yaitu perubahan wujud dari……………….. menjadi…………………… 5. Setelah es batu mencair dan dimasukkan serbuk agar-agar lalu dipanaskan lagi. Apa yang terjadi setelah dipanaskan?............................................ 6. Setelah waktu cukup air agar-agar didinginkan. Apa yang terjadi pada larutan agar-agar tersebut?............................................................ yaitu perubahan wujud dari……………….. menjadi…………………… 7. Amati pada alas gelas yang terkena api, apa yang terjadi? ………………………… yaitu perubahan wujud dari……………….. menjadi……………………yang disebut dengan …………………………….. Kesimpulan ................................................................................................................................................. Isilah diagram perubahan wujud zat berikut! Analisis 1. Pada gelas plastic dimasukkan es batu. Wujud zat es batu adalah …. padat 2. Setelah dipanaskan, wujud zat es batu tersebut menjadi…..cair 3. Melalui proses pemanasan yang cukup lama, maka air tersebut akan ……menguap yaitu perubahan wujud dari…cair . menjadi…gas 4. Amati yang terjadi pada tutup gelas, proses perubahan wujud yang terjadi pada tutup gelas tersebut adalah…mengembun….yaitu perubahan wujud dari…gas. Menjadi cair … 5. Setelah es batu mencair dan dimasukkan serbuk agar-agar lalu dipanaskan lagi. Apa yang terjadi setelah dipanaskan?..larutan agar agar mendidih 6. Setelah waktu cukup air agar-agar didinginkan. Apa yang terjadi pada larutan agar-agar tersebut?.membeku. yaitu perubahan wujud dari…cair menjadi…padat 7. Amati pada alas gelas yang terkena api, apa yang terjadi? …gosong yaitu perubahan wujud dari…gas. menjadi…padat…yang disebut dengan mengkristal/ menyublim Kesimpulan Isilah diagram perubahan wujud zat berikut! Keterangan 1. Mencair Contoh es batu dipanaskan 2. menguap Contoh air dipanaskan 3. mengkristal Contoh gosong-gosong pada alas gelas 4. mengembun… Contoh bintik-bintik cairan pada tutup gelas 5. menyublim contoh kapur barus padat mengeluarkan bau harum 6. Membeku Contoh …larutan agar agar didinginkan PRAKTIKUM PERUBAHAN FISIKA MEMASAK AGAR-AGAR DENGAN MENGGUNAKAN GELAS PLASTIK Tujuan Memahami perubahan wujud pada suatu zat Alat dan Bahan Nama Alat/ bahan Spesifikasi Jumlah gelas mineral Plastic 2 Lilin 1 Tusuk sate Kayu 1 Botol minuman mineral Plastic 2 Plastisin Sesuai kebutuhan Korek 1 Tutup gelas Plastic 1 Serbuk agar-agar 1 Tutup gelas Plastic 1 Es batu ukuran kecil Sedikit saja CARA MENGGUNAKAN Alat Pembelajaran Ini Digunakan Pada Saat Pembelajaran Tentang Materi Perubahan Wujud Zat Dan Perubahan Fisika 1. Rangkai alat dan bahan sesuai dengan gambar diatas 2. Masukkan air es batu dan serbuk agar agar 3. Nyalakan lilin di atas gelas plastic 4. Tutup gelas plastic tersebut dengan penutup gelas 5. Biarkan sampai es tersebut mencair dan menguap. 6. Setelah mulai panas mendidih dan gelas plastic mulai terjadi kebocoran maka matikan lilin dan tunggu apa yg terjadi pada agar-agar yang di dalam gelas plastic tersebut. ANALISIS 1. Pada gelas plastic dimasukkan es batu. Wujud zat es batu adalah……. 2. Setelah dipanaskan, wujud zat es batu tersebut menjadi……………. 3. Melalui proses pemanasan yang cukup lama, maka air tersebut akan ……… yaitu perubahan wujud dari……………….. menjadi……… 4. Amati yang terjadi pada tutup gelas, proses perubahan wujud yang terjadi pada tutup gelas tersebut adalah……….. ……………….. yaitu perubahan wujud dari……………….. menjadi……………… 5. Setelah es batu mencair dan dimasukkan serbuk agar-agar lalu dipanaskan lagi. Apa yang terjadi setelah dipanaskan? .................. 6. Setelah waktu cukup air agar-agar didinginkan. Apa yang terjadi pada larutan agar-agar tersebut?........... yaitu perubahan wujud dari…… menjadi…… 7. Amati pada alas gelas yang terkena api, apa yang terjadi? ………………….. yaitu perubahan wujud dari……………….. menjadi……………………yang disebut dengan …………………… ALAT PEMBELAJARAN INI DIGUNAKAN PADA SAAT GURU HENDAK MENJELASKAN PROSES PERUBAHAN BENTUK ENERGI PADA SUATU ZAT. PADA SISWA SMP NEGERI 23 SURABAYA KELAS 7 SEMESTER GANJIL.
The MGKS storage temperature can cause changes in the percentage of free fatty acids FFA, peroxide number PV and oil color so that the quality and quality of the oil decreases. This study aims to comprehensively analyze the factors related to the quality of palm cooking oil based on storage temperature parameters. Titration method is used to determine changes in FFA and PV values, while color determination uses a lovibond tintometer to analyze changes in these parameters based on changes in storage temperature in the range of 18 0C - 36 0C, treatment increases every 2 0C. The average change in the FFA value for every 2 0C increase in the sample = %; = %; = %. Changes in PV of samples; and respectively meq/kg; meq/kg and 1,352 meq/kg, while the color changes that appear in the three samples are and These results show that every 2 0C increase in MGKS storage temperature affects the quality and quality of the oil. MGKS is more stable than samples and Changes in the FFA value of the three samples were stable in the temperature range 18 0C - 36 0C. Changes in the FFA value of the three samples were stable in the temperature range of 18 0C - 36 0C. samples are more stable in maintaining PV values and color against changes and increases in storage temperature compared to and Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Serambi Engineering, Volume VI, No. 4, Oktober 2021 Hal 2270 - 2278 2270 p-ISSN 2528-3561 e-ISSN 2541-1934 Pengaruh Temperatur Penyimpanan Terhadap Mutu dan Kualitas Minyak Goreng Kelapa Sawit Fadly Husain1, Ismail Marzuki2* 1,2Program Studi Teknik Kimia, Universitas Fajar, Sulawesi Selatan, 90231, Indonesia, 0411447508 *Korespondensi email ismailmz ismailmz3773 Diterima 4 Agustus 2021 Disetujui 30 September 2021 Abstract The MGKS storage temperature can cause changes in the percentage of free fatty acids FFA, peroxide number PV and oil color so that the quality and quality of the oil decreases. This study aims to comprehensively analyze the factors related to the quality of palm cooking oil based on storage temperature parameters. Titration method is used to determine changes in FFA and PV values, while color determination uses a lovibond tintometer to analyze changes in these parameters based on changes in storage temperature in the range of 18 0C - 36 0C, treatment increases every 2 0C. The average change in the FFA value for every 2 0C increase in the sample = %; = %; = %. Changes in PV of samples; and respectively meq/kg; meq/kg and 1,352 meq/kg, while the color changes that appear in the three samples are and These results show that every 2 0C increase in MGKS storage temperature affects the quality and quality of the oil. MGKS is more stable than samples and Changes in the FFA value of the three samples were stable in the temperature range 18 0C - 36 0C. Changes in the FFA value of the three samples were stable in the temperature range of 18 0C - 36 0C. samples are more stable in maintaining PV values and color against changes and increases in storage temperature compared to and Keywords storage temperature, palm oil quality, FFA, peroxide number, oil color Abstrak Temperatur penyimpanan MGKS dapat menyebabkan perubahan nilai persen asam lemak bebas FFA, bilangan peroksida PV dan warna minyak sehingga, mutu dan kualitas minyak menurun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara komprehensif faktor-faktor yang berkaitan dengan mutu minyak goreng kelapa sawit berdasarkan parameter temperatur penyimpanan. Metode titrasi digunakan dalam menentukan perubahan nilai FFA dan PV, sedangkan penentuan warna menggunakan lovibond tintometer untuk menganalisis perubahan parameter tersebut berdasarkan perubahan suhu penyimpanan dalam range 18 0C – 36 0C, perlakuan kenaikan setiap 2 0C. Rerata perubahan nilai FFA setiap kenaikan 2 0C sampel = 0,1071; = 0,1097; = 0,1111. Perubahan PV sampel dan berturut-turut 1,152; 1,266 dan 1,352, sedangkan perubahan warna yang tampak ketiga sampel berturut-turut 2,34; 2,46 dan 2,67. Hasil tersebut menunjukkan kenaikan setiap 2 0C temperatur penyimpanan MGKS berpengaruh terhadap mutu dan kualitas minyak. MGKS lebih stabil dibandingkan sampel dan Perubahan nilai FFA ketiga sampel stabil pada range temperatur 18 0C – 36 0C. Sampel lebih stabil dalam mempertahankan nilai PV dan warna terhadap perubahan dan kenaikan temperatur penyimpanan dibandingkan dan Kata kunci temperatur penyimpanan, kualitas minyak sawit, FFA, bilangan peroksida, warna minyak 1. Pendahuluan Penyimpanan minyak goreng kelapa sawit MGKS dalam jangka waktu tertentu seringkali menjadi masalah yang dihadapi oleh para produsen besar. Karakteristik minyak sawit perlu diketahui dengan baik untuk melakukan penyimpanan agar tidak mengalami penurunan kualitas selama masa penyimpanan [1]. Penentuan temperatur penyimpanan yang ideal dalam waktu tertentu adalah sebuah masalah yang sulit diperkirakan, karena minyak sawit dominan tersusun atas lemak jenuh mencapai ± 50,12 % dan lemak tak jenuh ± 49,20 % dan sisanya adalah komponen anorganik ± 0,68 % [2]. Komponen penyusun minyak sawit berupa lemak jenuh tinggi berwujud semi padat pada temperatur kamar, diantaranya asam palmitat ± 43,75 %, asam stearate ± 5,11 %, asam miristat ± 1,4 % dan asam laurat ± 0,12 % [3]. Minyak sawit juga mengandung beberapa jenis lemak tak jenuh, diantaranya asam oleat ± 38,71 %, asam linoleat ± 10,14 %, dan asam alfa linoleat ± 0,35 % [4]. Serambi Engineering, Volume VI, No. 4, Oktober 2021 Hal 2270 - 2278 2271 p-ISSN 2528-3561 e-ISSN 2541-1934 Kandungan lemak tak jenuh pada minyak sawit secara struktur molekul memiliki banyak ikatan rangkap karbon-karbon. Semakin banyak ikatan rangkap dalam minyak semakin reaktif terhadap oksigen dan kurang stabil pada perubahan suhu tertentu, sehingga relatif mudah mengalami reaksi oksidasi dengan adanya molekul air, sebaliknya komponen asam lemak jenuh pada minyak nabati rentan mengalami reaksi hidrolisis [5]. Potensi reaksi oksidasi dan reaksi hidrolisis dalam minyak memicu kualitas minyak mengalami penurunan. Kondisi tersebut di perpara dengan adanya potensi terjadi reaksi hidrogenasi, yaitu masuknya molekul hidrogen dalam struktur lemak untuk menjenuhkan ikatan rangkap, sehingga komponen lemak tak jenuh mengalami konversi menjadi lemak jenuh [6][7]. Faktor yang mempengaruhi kemurnian minyak goreng, khususnya MGKS adalah kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid disingkat FFA [8]. Kadar komponen asam lemak bebas dalam minyak goreng dapat mengalami peningkatan jika terjadi reaksi oksidasi atau karena mengalami reaksi hidrolisis [9]. Reaksi ini ditandai dengan putusnya struktur ikatan rangkap karbon-karbon lemak tak jenuh dalam minyak atau dengan kata lain minyak goreng mengalami perubahan menuju ke struktur jenuh. Peristiwa ini dapat terjadi jika minyak mengalami peningkatan temperatur selama masa penyimpanan. Pada kondisi ini biasanya diikuti dengan terbentuknya warna pucat dalam minyak, sehingga dapat dikatakan bahwa minyak goreng mengalami penurunan mutu [10]. Minyak goreng berbahan primer kelapa sawit kualitas tinggi apabila mengandung komponen asam lemak bebas maksimum 2 % saat pengolahan dan maksimum 5 % minyak goreng dalam kemasan kualitas standar [1][11]. Faktor lain yang mempengaruhi mutu minyak goreng adalah kandungan kadar air, bilangan peroksida, kandungan asam lemak bebas, dan komponen pengotor dalam minyak. Perubahan kadar komponen FFA, bilangan peroksida, kadar air, warna dan kotoran dalam badan minyak goreng dapat disebabkan karena temperatur penyimpanan yang tidak pada nilai ideal, waktu simpan, terlalu lama, titik cair, refining loss, kandungan gliserida, plastisitas, kejernihan, spreadability, bilangan peroksida dan kandungan logam berat [12]. Faktor-faktor tersebut perlu dianalisis untuk menentukan kondisi ideal minyak goreng, sehingga kualitas minyak tersebut dapat dipertahankan selama masa penyimpanan [13]. Minyak kelapa sawit Crude Palm Oil disingkat CPO merupakan minyak nabati yang diperoleh dengan metode ekstraksi dari buah kelapa sawit. Jenis kelapa sawit yang banyak dibudidayakan untuk produksi CPO umumnya berasal dari spesies Elaeis guineensis dan sedikit dari spesies Attalea maripa dan Elaeis oleifera [13]. Kondisi alamiah, minyak kelapa sawit tampak berwarna merah merah, disebabkan karena komponen beta-karoten yang tinggi dari minyak tersebut. Minyak yang berbahan dasar buah kelapa sawit terdiri atas dua jenis, yakni minyak inti sawit palm kernel oil, dihasilkan dari inti buah sawit dan minyak sawit yang dihasilkan dari kelapa sawit [2]. Ciri khas minyak inti sawit adalah tidak tampak berwarna merah karena kandungan karotenoidnya sangat sedikit, demikian pula kandungan kadar lemak jenuh dalam konsentrasi rendah [14]. Beberapa reaksi kimia yang dapat terjadi pada minyak atau lemak, diantaranya 1 Reaksi hidrolisis, yaitu masuknya molekul air dalam badan minyak. Molekul air pecah menjadi kation hidrogen dan anion hidroksida membentuk reaksi asam-basa seimbang dengan komponen lemak, sehingga ikatan oksigen-karbon karbonil putus dan terjadi konversi minyak menjadi gliserol dan asam lemak bebas. Jika terjadi reaksi hidrolisis dalam badan minyak dapat memicu penurunan mutu minyak rusak, karena terdapat sejumlah molekul air dalam struktur minyak; 2 Reaksi oksidasi lemak dapat terjadi melalui mekanisme autooksidasi, fotooksidasi, dan oksidasi enzimatik yang secara prinsip terjadi proses perubahan struktur ikatan karena adanya interaksi antara molekul gas oksigen O2 di sekitar ikatan ganda dua tidak jenuh molekul gliserida penyusun minyak atau lemak. Akibat reaksi oksidasi mengakibatkan bau tengik pada minyak dan lemak; 3 Reaksi hidrogenasi terjadi jika terdapat molekul H2 masuk ke dalam struktur ikatan rangkap dua karbon radikal atau molekul gliserida, menyebabkan lemak mengalami peningkatan sifat kejenuhan; 4 Reaksi esterifikasi merupakan proses konversi asam lemak penyusun trigliserida menjadi metil ester, sehingga komponen FFA semakin berkurang, sehingga potensi aroma tidak enak dari asam lemak rantai pendek dapat diubah menjadi rantai panjang bersifat tidak menguap [3] [15]. Komposisi komponen asam lemak jenuh dan tak jenuh penyusun CPO relatif berimbang. Asam lemak jenuh termasuk gliserol merupakan komponen utama minyak nabati. Asam lemak dalam CPO sebagian besar merupakan asam lemak jenuh jenis asam palmitat, sehingga minyak CPO tampak lebih stabil atau kurang reaktif oleh pengaruh internal dan eksternal minyak dibandingkan dengan jenis minyak lainnya [13]. Namun demikian, CPO tetap rentan mengalami perubahan komposisi komponen penyusun disebabkan karena dalam CPO juga mengandung komponen tak jenuh. Ikatan rangkap dua komponen asam lemak tak jenuh dalam CPO terdiri atas dua jenis yakni struktur “trans” relatif lebih stabil dan struktur “cis” yang kurang stabil, menyebabkan minyak tersebut reaktif dan mudah bereaksi dengan oksigen udara mudah teroksidasi [4][16]. Serambi Engineering, Volume VI, No. 4, Oktober 2021 Hal 2270 - 2278 2272 p-ISSN 2528-3561 e-ISSN 2541-1934 Komponen asam lemak bebas FFA dalam minyak merupakan ukuran mutu dan kualitas minyak. Persen FFA dinyatakan dengan bilangan asam atau angka asam. Kualitas minyak dapat ditentukan dengan melakukan beberapa macam pengujian yang didasarkan pada beberapa penetapan komponen kimia minyak atau lemak, diantaranya penetapan persen FFA, bilangan peroksida, bilangan iod, bilangan penyabunan atau melalui uji fisika seperti penentuan bobot jenis, indeks bias, titik cair, dan kadar air minyak atau lemak [17]. Pengujian bilangan peroksida dimaksudkan untuk mengetahui dan menentukan indeks jumlah minyak atau lemak yang telah mengalami perubahan struktur melalui proses oksidasi [18]. Semakin tinggi bilangan peroksida yang dicapai menunjukkan semakin banyak reaksi oksidasi yang terjadi dalam minyak atau lemak khususnya pada asam lemak tidak jenuh menghasilkan senyawa peroksida akibat teroksidasi oleh molekul oksigen, dengan demikian potensi timbulnya bau tengik pada minyak semakin tinggi atau kualitas minyak semakin rendah [19]. Beberapa data ilmiah menunjukkan bahwa persenyawaan peroksida tidak stabil terhadap perubahan panas. Panas yang mencapai 200 0C menyebabkan kenaikan kekentalan dan indeks bias, karena pada suhu tersebut jumlah senyawa polimer yang terbentuk relatif besar [20]. Pengujian warna minyak dilakukan untuk mengetahui warna. Warna minyak goreng sangat berpengaruh pada mutu dan kualitas CPO. Pengujian colour dilakukan menggunakan alat lovibond tintometer. Warna CPO terdiri atas 2 kategori, yaitu pertama, warna alamiah adalah warna alamiah dari minyak yang ikut terekstraksi bersama minyak [21]. Zat warna alami ini antara lain kandungan α dan β karoten memberi warna kuning, zat xantofil memberi kuning kecoklatan, klorofil warna kehijauan, dan zat antosianin menyumbang berwarna kemerahan; kedua, zat warna hasil degradasi warna alamiah diperkirakan terjadi selama masa pengolahan dan penyimpanan [22]. Zat warna minyak kecoklatan hasil degradasi terjadi karena adanya reaksi oksidasi terhadap komponen tokoferol zat vitamin E yang kemungkinan disebabkan karena bahan baku pembuatan minyak berupa buah kelapa sawit sudah busuk dan rusak [23]. Minyak sawit mempunyai banyak keunggulan sebagai bahan utama dan pemakaian luas produk pangan. Keunggulan minyak sawit, diantaranya 1 harga yang relatif murah; 2 mudah diperoleh dengan tingkat populasi sangat besar, 3 mengandung zat antioksidan alami dan dapat berfungsi sebagai pengawet alami; 4 membuat bahan makanan bertekstur lembut dan halus; 5 bebas dari lemak trans; 5 tidak berbau dan tidak berasa; dan 7 meningkatkan cita rasa pada bahan makanan [11][12]. Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis dengan komprehensif beberapa faktor yang berkaitan dengan mutu dan kualitas minyak sawit berdasarkan parameter temperatur penyimpanan. 2. Metode Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian tentang pengaruh temperatur penyimpanan terhadap mutu dan kualitas minyak goreng kelapa sawit terhadap mutu dan kualitas minyak sawit berdasarkan parameter temperatur penyimpanan dilaksanakan di laboratorium kimia terpadu Program studi Teknik Kimia Universitas Fajar, sedangkan pengukuran dilaksanakan di Balai Industri Regional Makassar. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan, terhitung 17 Maret sampai 29 April 2021. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada pengujian ini antara lain, yaitu neraca analitik, seperangkat alat titrasi, pipet tetes, pipet 1 ml, gelas beker pyrex, buret, Erlenmeyer, spatula kaca, pipet volume 10 ml, corong pemisah 500 ml, hot plate stirrer, centrifugal, thermometer Polygreen, lovibond tintometer, bola hisap, seperangkat alat pendingin, kertas saring, dan desikator. Bahan yang digunakan antara lain, yaitu minyak goreng dari kelapa sawit, CH2COOH, kloroform, KI Jenuh, NaOH 0,0983 N dan Na2S2O3 0,1011 N hasil standarisasi, amilum 1 %, aquades, HCl N, Alkohol absolut, dan fenolftalein PP dan alkohol yang digunakan pada pengujian ini antara lain neraca analitik, seperangkat alat titrasi, pipet tetes, pipet 1 ml, gelas beker pyrex, buret, Erlenmeyer, spatula kaca, pipet volume 10 ml, corong pemisah 500 ml, hot plate stirrer, centrifugal, thermometer Polygreen, lovibond tintometer, bola hisap, seperangkat alat pendingin, kertas saring, dan desikator. Prosedur Penelitian Pengujian persen FFA dilakukan dengan prosedur menimbang ± 16 g sampel dalam erlenmeyer. Sebanyak 10 mL alkohol netral dipanaskan menggunakan hot plate. Alkohol netral panas di campur ke dalam sampel yang telah ditimbang dan tambahkan 1 mL indikator PP. Titrasi dengan larutan NaOH 0,0983 N hingga terbentuk warna merah jambu dan tidak hilang selama 30 detik. Volume NaOH yang digunakan dicatat. Menghitung kadar asam lemak bebas dinyatakan sebagai % FFA dalam angka [2]. Penentuan bilangan peroksida mengikuti prosedur sampel ± 5 g dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, ditambahkan 30 mL larutan CH2COOH kloroform rasio 32, lalu di tutup rapat. Campuran diaduk hingga semua sampel larut. Larutan KI jenuh sebanyak 0,5 mL ditambahkan menggunakan pipet tetes, lalu ditutup Serambi Engineering, Volume VI, No. 4, Oktober 2021 Hal 2270 - 2278 2273 p-ISSN 2528-3561 e-ISSN 2541-1934 kembali. Larutan didiamkan selama ± 60 detik, diaduk kembali sampai pengadukan mencapai 3 kali setiap selang waktu 60 detik. Lalu ditambahkan aquades ± 30 mL. Sampel ini, selanjutnya ditambah 1-2 tetes amilum 1 %, selanjutnya dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1011 N tetes demi tetes sampai warna biru pada larutan bilang atau terbentuk warna putih [2][16]. Menentukan warna minyak dengan variasi temperatur penyimpanan dapat dilakukan dengan menggunakan lovibond tintometer model F dengan prosedur sambungkan alat dengan sumber arus listrik, memasukkan sampel minyak ke dalam kuvet lovibond cell sampai hampir penuh kira-kira 7/8 dari tinggi kuvet. Selanjutnya kuvet berisi sampel dimasukkan ke dalam alat tintometer pada posisi disesuaikan jarak, lalu tekan tombol power di posisi on. Warna dapat diamati pada lensa dan disesuaikan dengan rasio yang sudah ditentukan [17][24]. Analisis Data Kadar asam lemak bebas ditentukan dengan menggunakan persamaan 1. Titrasi dilakukan menggunakan buret kaca, sehingga analisa harus mempertimbangkan nilai estimasi dan potensi ketidakpastian dari analisa yang telah dilakukan dengan mereview kesesuaian tahapan-tahapan yang telah dilakukan. ………… 1 Penentuan bilangan peroksida dengan menggunakan persamaan 2, sedangkan untuk menentukan nilai perubahan warna berdasarkan perubahan kenaikan 2 0C temperatur penyimpanan dapat langsung diketahui menggunakan lovibond tintometer. ……… 2 3. Hasil dan Pembahasan Parameter Penilaian Mutu Minyak Goreng Kelapa Sawit Pengendalian dan pengawasan kualitas minyak goreng penting dilakukan, khususnya pada masa penyimpanan, karena sering kali terjadi perubahan-perubahan fisik dan kimia minyak selama masa penyimpanan. Variabel yang sangat penting dikendalikan adalah besaran temperatur ideal yang dapat disetting, sehingga variabel lainnya seperti nilai FFA, bilangan peroksida dan warna minyak tidak mengalami perubahan, atau minyak dalam kondisi dapat mempertahankan mutu dan kualitas MGKS selama masa penyimpanan [15][25]. Jalur dan mekanisme pemantauan hasil uji olein minyak dilakukan oleh petugas kualiti kontrol laboratorium untuk beberapa variabel yang dipersyaratkan, misalnya persen FFA, bilangan peroksida dan warna. Hasil uji diteruskan ke bagian Fractionation Plant untuk dicatat data standar mutu. Pencatatan data dijadikan kontrol untuk pengendalian mutu olein, sehingga apabila terdapat data yang dicatat mengalami perubahan dalam periode tertentu untuk segera dilakukan langkah pengendalian agar mutu dan kualitas minyak dapat dipertahankan [4] [26]. Beberapa data yang ditunjukkan dalam Tabel 1, berturut-turut merupakan hasil pengujian untuk tiga variabel MGKS, yakni nilai perubahan persen asam lemak bebas FFA, perubahan bilangan peroksida PV dan nilai perubahan warna berdasarkan temperatur penyimpanan [24]. Berdasarkan analisis dan olah data hasil pengukuran pada uji FFA menggunakan persamaan 1 ditunjukkan dalam Tabel 1 kolom 6, di atas. Merujuk pada standar nasional Indonesia tentang kualitas dan mutu minyak goreng kelapa sawit SNI 01-2901 Tahun 2002, menunjukkan bahwa ketiga jenis sampel minyak goreng kelapa sawit berturut-turut dan yang di lakukan pengendalian mutu dengan variasi temperatur penyimpanan 18 0C – 36 0C perlakuan range peningkatan temperatur 2 0C, persentase perubahan nilai FFA masih dalam kategori terkendali [18][27]. Makna terkendali yang dimaksud adalah nilai persen FFA minyak goreng uji dalam range yang dapat ditoleransi dan diperbolehkan sesuai dengan SNI maks. 5%. Meskipun demikian dalam prakteknya, umumnya dilakukan setting temperatur penyimpanan MGKS yang dipilih oleh manajemen perusahaan adalah pada nilai temperatur sama dengan temperatur kamar, dimaksudkan untuk meminimalisasi penggunaan energi dalam rangka pengendalian suhu penyimpanan dan pertimbangan variabel lainnya yang relatif dapat dipertahankan berkaitan dengan mutu dan kualitas minyak goreng, misalnya bilangan peroksida, warna [20] [22]. Variabel pengendalian lainnya yang diuji hubungannya dengan temperatur penyimpanan MGKS adalah perubahan bilangan peroksida. Tabel 1 kolom 10, memperlihatkan hasil analisis data menggunakan persamaan 2, diperoleh nilai perubahan bilangan peroksida. Sesuai Tabel 1 kolom 10, dengan merujuk pada mutu dan kualitas minyak goreng menurut SNI 01-3741 Tahun 2013, khususnya variabel nilai Serambi Engineering, Volume VI, No. 4, Oktober 2021 Hal 2270 - 2278 2274 p-ISSN 2528-3561 e-ISSN 2541-1934 bilangan peroksida, menunjukkan bahwa sampel dapat disimpan dalam tangki maksimal pada suhu 28 0C, sedangkan sampel dan hanya dapat disimpan pada temperatur maksimal 26 0C, agar mutu dan kualitas minyak goreng kelapa sawit dapat dipertahankan pada nilai yang dapat ditoleransi sesuai dengan rekomendasi yang termuat dalam SNI 01-3741 [1]. Tabel 1. Parameter penilaian minyak goreng kelapa sawit MGKS berdasarkan Temperatur Penyimpanan dalam tangki Nilai Asam lemak bebas FFA Nilai Bilangan Peroksida PV Sumber Data primer, 2021 Adanya perbedaan batas toleransi suhu penyimpanan dari hasil uji ketiga jenis sampel tersebut dapat disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya 1 faktor mutu dan kualitas sampel, dimana dapat disebabkan oleh ketidak seragaman buah kelapa sawit yang diolah, tingkat kematangan yang tidak seragam, masalah penyortiran bahan baku, termasuk waktu jedah setelah pemetikan buah untuk selanjutnya diangkut ke unit pengolahan pabrik; 2 faktor pengolahan menjadi produk minyak kelapa sawit karena menggunakan mesin yang berbeda atau mesin sama namun terdapat hambatan selama pengolahan, karena ada bagian mesin yang rusak, penggantian alat dan masalah lainnya, berakibat pada waktu pengolahan; 3 masalah human error komponen SDM yang terlibat pengujian, baik pada saat pengujian bahan baku maupun pada saat uji kualitas produk [11]. Masalah-masalah tersebut di atas berpotensi menghasilkan produk minyak goreng dengan mutu dan kualitas tidak seragam. Membandingkan ketiga sampel tersebut untuk variabel bilangan peroksida hubungannya dengan temperatur penyimpanan dapat dikatakan bahwa sampel lebih stabil pada suhu maksimal 28 0C, sedangkan sampel dan diperkirakan tidak stabil pada suhu penyimpanan tersebut. Artinya bahwa masih dapat mempertahankan mutu dan kualitas khususnya nilai PV, dibandingkan dan pada suhu penyimpanan maksimum 26 0C. Serambi Engineering, Volume VI, No. 4, Oktober 2021 Hal 2270 - 2278 2275 p-ISSN 2528-3561 e-ISSN 2541-1934 Perubahan Asam Lemak Bebas FFA Minyak Goreng Kelapa Sawit Variabel perubahan warna berdasarkan besaran temperatur penyimpanan juga menentukan kestabilan dan kualitas minyak goreng. Warna minyak goreng yang berkualitas dan memiliki mutu yang baik adalah warna putih-jernih, disusul warna kuning dan batas maksimum toleransi warna hingga kuning pucat [21]. Analisis perubahan warna minyak goreng kelapa sawit berdasarkan perubahan temperatur penyimpanan disajikan dalam Tabel 1, kolom 11. Merujuk pada Tabel 1, kolom 11, di atas dan komparasi dengan standar mutu minyak goreng SNI 01-3741 revisi tahun 2002, menunjukkan bahwa mutu dan kualitas sampel paling baik pada batas suhu penyimpanan 28 0C, sedangkan dan di suhu 26 0C. Analisis lebih dalam sesuai data Tabel 3, menunjukkan bahwa sampel minyak goreng kode masih stabil pada suhu penyimpanan maksimum 28 0C, namun untuk sampel dan stabil pada suhu penyimpanan lebih rendah 2 0C atau pada temperatur penyimpanan 26 0C. Analisis lebih detail berkaitan dengan mutu dan kualitas minyak goreng tiga sampel uji khususnya variabel persentase asam lemak bebas FFA, bilangan peroksida PV dan warna berdasarkan temperatur penyimpanan, disajikan pada Gambar 1, Gambar 2, dan Gambar 3. Gambar 1. Pengaruh temperature terhadap perubahan nilai asam lemak bebas FFA crude palm oil Sumber Data Primer, 2021 Tampilan Gambar 1, menunjukkan bahwa sampel memiliki kecenderungan lebih stabil terhadap persen perubahan asam lemak bebas FFA pada kenaikan temperatur penyimpanan setiap 2 0C dibandingkan dan Hal ini dapat dilihat pada posisi sampel paling bawah Gambar 1, meskipun bentuk grafik ketiga sampel tersebut relatif sama. Sampel lebih mampu mempertahankan nilai perubahan persen FFA terhadap kenaikan temperatur penyimpanan minyak goreng. Hal ini dikuatkan dengan rerata persen kenaikan nilai FFA sampel dan berturut-turut 0,1071 %; 0,1097 % dan 0,1111%, meskipun persen perubahan FFA ketiga sampel MGKS ini masih dalam batas toleransi sesuai dengan persyaratan standar SNI. Perubahan Bilangan Peroksida Minyak Goreng Kelapa Sawit Analisis terhadap ketiga sampel minyak goreng terkait dengan variabel bilangan peroksida berdasarkan temperatur penyimpanan, memberi gambaran yang menunjukkan bahwa ada pengaruh temperatur penyimpanan terhadap bilangan peroksida MGKS. Pengaruih tersebut berdasarkan tampilan Gambar 2, menunjukkan bahwa sampel lebih stabil dibandingkan dan dalam mempertahankan nilai bilangan peroksida terhadap setiap kenaikan temperatur penyimpanan sebesar 2 0C. lemak bebas FFA %Temperatur 0CSp. A Serambi Engineering, Volume VI, No. 4, Oktober 2021 Hal 2270 - 2278 2276 p-ISSN 2528-3561 e-ISSN 2541-1934 Gambar 2. Pengaruh temperatur terhadap perubahan nilai bilangan peroksida PV crude palm oil Sumber Data primer, 2021 Hal ini didasarkan pada tiga keadaan, yakni pertama, posisi paling bawah sampel dalam grafik Gambar 2; kedua, bentuk perubahan grafik lebih teratur dibandingkan bentuk grafik sampel dan yang relatif kurang teratur. Bentuk grafik teratur atas perubahan suhu penyimpanan memberi makna bahwa sampel minyak goreng lebih stabil dalam mempertahankan nilai perubahan bilangan peroksidanya, sebaliknya grafik tidak teratur menunjukkan bahwa sampel kurang mampu mempertahankan perubahan bilangan peroksidanya akibat perubahan temperatur penyimpanan; dan ketiga, rerata perubahan nilai PV setiap kenaikan temperatur penyimpanan 2 0C sampel dan berturut-turut 1,152 meq/kg; 1,266 meq/kg dan 1,352 meq/kg. Kenaikan nilai PV setiap kenaikan 2 0C suhu penyimpanan MGKS memiliki pengaruh lebih kecil, dengan kata lain lebih stabil dibandingkan dan Perubahan Tampilan Warna Minyak Goreng Kelapa Sawit Warna minyak goreng, khususnya minyak kelapa sawit berkaitan dengan kandungan senyawa-senyawa organik dalam minyak. Umumnya senyawa organik dalam minyak mudah menguap karena memiliki titik didih yang relatif rendah, sehingga jika terjadi perubahan temparatur, waktu penyimpanan, memberi pengaruh pada perubahan warna minyak tersebut. Perubahan warna minyak sangat berfluktuasi karena pengaruh senyawa organik minyak sebagai zat gizi yang umumnya volatil. Gambar 3. Pengaruh temperature terhadap perubahan warna crude palm oil Sumber Data primer, 2021 Fluktuasi perubahan nilai warna minyak goreng atas perubahan temperatur penyimpanan, menunjukkan bahwa ada respon minyak goreng tersebut atas kenaikan suhu penyimpanan sebesar 2 0C. Tampak pada Gambar 3, menguatkan persepsi bahwa sampel minyak goreng lebih stabil dalam mempertahankan warna atas perubahan suhu penyimpanan. Bentuk grafik sampel Gambar 3 tampak lebih teratur dibandingkan grafik sampel dan artinya lebih toleran terhadap kenaikan temperatur penyimpanan setiap 2 0C dalam mempertahankan perubahan warna. Hal ini dapat dikuatkan dengan menganalisis rerata perubahan warna minyak sampel sebesar 2,34, lebih rendah 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36Bilangan Peroksida meq/kgTemperatur 0CSp. A 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36Tampilan warna CTemperatur 0CSp. A Serambi Engineering, Volume VI, No. 4, Oktober 2021 Hal 2270 - 2278 2277 p-ISSN 2528-3561 e-ISSN 2541-1934 dibandingkan perubahan warna sampel = 2,46, dan = 2,67. Artinya pengaruh kenaikan 2 0C suhu penyimpanan dalam range 18 0C- 36 0C, berpengaruh lebih besar menaikkan nilai perubahan warna sampel dan dibandingkan yang relatif lebih stabil. Analisis kestabilan variabel persen FFA, bilangan peroksida dan warna yang tampak pada ketiga sampel minyak goreng, menunjukkan bahwa sampel memiliki tingkat kestabilan lebih baik dibandingkan dan dengan demikian dapat disusun urutan mutu dan kualitas ketiga sampel minyak goreng untuk variabel persen FFA, bilangan peroksida dan warna terhadap temperatur penyimpanan setiap kenaikan 2 0C dengan urutan ˃ ≥ Lebih spesifik analisis setiap variabel menunjukkan bahwa nilai perubahan persen asam lemak bebas FFA sampel dan ketiganya stabil dalam range temperatur penyimpanan 18 0C – 36 0C; namun untuk variabel perubahan nilai bilangan peroksida PV dan perubahan warna, sampel memberi toleransi kestabilan sampai mencapai suhu penyimpanan maksimum 28 0C, sedangkan dan pada suhu lebih rendah maksimum 26 0C. Mutu dan kualitas minyak goreng kelapa sawit tidak hanya ditentukan dari tiga variabel analisis FFA; PV dan warna sebagaimana yang dijadikan variabel uji dalam penelitian ini. Variabel lainnya yang berpengaruh pada kutu dan kualitas minyak goreng, diantaranya rasa, bau, kandungan kadar air, bilangan asam, kelarutan, titik didih, titik cair, kekeruhan, titik asap, zat pengotor, kebersihan tangki penyimpanan dan faktor lainnya [18], namun untuk perubahan temperatur penyimpanan minyak goreng berpengaruh langsung terhadap persen FFA, bilangan peroksida dan warna. 4. Kesimpulan Berdasarkan data dan analisis yang dilakukan terhadap tiga sampel MGKS, disimpulkan bahwa temperatur penyimpanan berpengaruh terhadap perubahan persen nilai asam lemak bebas FFA, bilangan peroksida PV dan warna ketiga sampel minyak goreng kelapa sawit. Mutu dan kualitas sampel lebih tinggi dibandingkan sampel dan Persen nilai perubahan FFA ketiga sampel stabil pada range 18 0C – 36 0C temperatur penyimpanan. Sampel minyak kelapa sawit kode lebih stabil dalam mempertahankan nilai perubahan bilangan peroksida PV dan warna terhadap perubahan dan kenaikan temperatur penyimpanan dibandingkan dan Semua parameter uji yang dilakukan berkaitan mutu dan kualitas MGKS, menunjukkan bahwa sampel mengalami rerata kenaikan relatif lebih kecil dibandingkan sampel dan 5. Ucapan terima kasih Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kepala laboratorium dan para laboran pada Laboratorium Biokimia, Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Hasanuddin atas peran sertanya dalam menerima dan membantu dalam penyediaan peralatan uji sekaligus kesediaan sebagai konsultan dalam interpretasi data, sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik dan selesai sesuai target yang telah direncanakan.. 6. Singkatan Minyak goreng kelapa sawit 7. Daftar Pustaka [1] Situngkir dan E. Asokawati, “Kinetika perubahan mutu minyak buah merah Pandanus conoideus hasil degumming selama penyimpanan,” J. Apl. Teknol. Pangan, vol. 7 4, hal. 156–162, 2018. [2] M. Gunawan, M. Triatmo, dan A. Rahayu, “Analisis pangan penentuan angka peroksida dan asam lemak bebas pada minyak kedelai dengan variasi menggoreng,” J. KSA, vol. VI 3, hal. 13–16, 2013. [3] E. C. Hutajulu, N. Nurjazuli, dan N. E. Wahyuningsih, “Hubungan jenis minyak goreng, suhu, dan pH terhadap kadar asam lemak bebas dan minyak goreng pedagang penyetan,” J. Media Kesehat. Masy. Indones., vol. 19 5, hal. 375–378, 2020. Serambi Engineering, Volume VI, No. 4, Oktober 2021 Hal 2270 - 2278 2278 p-ISSN 2528-3561 e-ISSN 2541-1934 [4] Y. Kurniati dan W. H. Susanto, “Pengaruh basa NaOH dan kandungan ALB CPO terhadap kualitas minyak kelapa sawit pasca netralisasi,” J. Pangan dan Agroindustri, vol. 3 1, hal. 193–202, 2015. [5] D. H. Purba, I. Marzuki, M. Dailami, H. A. Saputra, A. M. V. Purba, Biokimia. Medan Yayasan Kita Menulis, 2021. [6] M. M. Simarmata, E. Sudarmanto, I. Kato, L. E. Nainggolan, F. Mastutie, Ekonomi Sumber Daya Alam. Medan Yayasan Kita Menulis, 2021. [7] K. Kristiandi, S. A. Lusiana, N. A. Q. A'yunin, R. N. Ramdhini, O. S. R. Pasanda. Teknologi Fermentasi. Medan Yayasan Kita Menulis, 2021. [8] I. Marzuki, Pengantar Kimia Organik Fisis, 1st ed. Makassar Tohar Media, 2021. [9] I. Marzuki, Amirullah, and Fitriana, Kimia dalam Keperawatan. Takalar Pustaka Al Salam, 2009. [10] S. Aminah, I. Marzuki, and A. Rasyid, “Analisis kandungan klorin pada beras yang beredar di pasar tradisional Makassar dengan metode argentometri volhard,” in Seminar Nasional Pangan, Teknologi, dan Enterpreneurship, 2019, vol. 1, no. 2, pp. 171–175. [11] Sirlyana, “Pengaruh Waktu Dan Temperatur Penyimpanan Terhadap Kualitas Refined Bleached Deodorized Olein RBDOL Di PT Nagamas Palmoil Lestari,” in Semnas Teknik 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Dumai, 2017, vol. 1, no. 1, pp. 75–86. [12] A. S. Suroso, “Kualitas Minyak Goreng Habis Pakai Ditinjau dari Bilangan Peroksida , Bilangan Asam dan Kadar Air,” J. Biomedis dan Teknol., vol. 7, no. 2, pp. 77–98, 2013. [13] D. A. Anggraini and W. Wijaya, “Analisa Kualitas Crude Palm Oil CPO dan Usulan Perbaikan Menggunakan Metode Tree Diagram,” J. Surya Tek., vol. 5, no. 2, pp. 57–62, 2017. [14] H. Haryono, S. Solihudin, E. Ernawati, and F. Arifiadi, “Biodiesel Dari Minyak Biji Kapuk Ceiba Pentandra Terozonasi Melalui Proses Dengan Bantuan Ultrasonik,” J. Tek. Kim., vol. 13, no. 2, pp. 61–66, 2019. [15] M. Busyairi, A. Z. Muttaqin, I. Meicahyanti, and S. Saryadi, “Potensi Minyak Jelantah Sebagai Biodiesel dan Pengaruh Katalis Serta Waktu Reaksi Terhadap Kualitas Biodiesel Melalui Proses Transesterifikasi,” J. Serambi Eng., vol. 5, no. 2, pp. 933–940, 2020. [16] Husnah and Nurlela, “Analisa bilangan peroksida terhadap kualitas minyak goreng sebelum dan sesudah dipakai berulang,” J. Tek. Kim. Palembang, vol. 5, no. 1, pp. 65–71, 2020. [17] R. Luthfian Ramadhan Silalahi, D. Puspita Sari, and I. Atsari Dewi, “Testing of Free Fatty Acid FFA and Colour for Controlling the Quality of Cooking Oil Produced by PT. XYZ,” Ind. J. Teknol. dan Manaj. Agroindustri, vol. 6, no. 1, pp. 41–50, 2017. [18] E. Ningsih, S. Suparto, A. Sato, Y. R. Mustikasari, and R. C. Dewi, “Ratio Molar Minyak Sawit Dengan Etanol Konsentrasi Rendah Dalam Pembuatan Biodiesel,” J. Tek. Kim., vol. 12, no. 1, pp. 1–4, 2017. [19] D. R. Pangestuti and S. Rohmawati, “Kandungan Peroksida Minyak Goreng Pada Pedagan g Gorengan Di Wilayah Kecamatan Tembalang Kota Semarang,” Res. Study, vol. 12, no. 2, pp. 205–211, 2018. [20] D. R. Pangestuti and S. Rohmawati, “Kandungan Peroksida Minyak Goreng Pada Pedagang Gorengan Di Wilayah Kecamatan Tembalang Kota Semarang,” J. Res. Study, vol. V, no. 2, pp. 205–211, 2018. [21] N. M. S. Sanjiwani, N. M. Suaniti, and N. L. Rustini, “Bilangan peroksida, bilangan asam dan kadar FFA biodiesel dengan penambahan antioksidan dari kulit buah pisang kepok Musa paradisiaca Linn.,” J. Kim., vol. 9, no. 2, pp. 259–266, 2015. [22] Sulaiman and R. Randa, “Pengaruh temperatur terhadap efisiensi sterilizer dan kualitas minyak yang dihasilkan,” J. Menara Ilmu, vol. XII, no. 10, pp. 159–169, 2018. [23] Yeniza and A. P. Asmara, “Penentuan bilangan peroksida minyak RBD Refined Bleached Deodorized Olein PT. PHPO dengan metode titrasi Iodometri,” J. Amin., vol. 1, no. 2, pp. 79–83, 2019. [24] Mursalin, Surhaini, and A. Yulia, “Stabilitas Termal Minuman Emulsi dari Pekatan Karoten Minyak Sawit Merah selama Penyimpanan,” J. Konversi, vol. 3, no. 1, pp. 37–45, 2014. [25] N. Dahlia, W. Rahmalia, and T. Usman, “Adsorpsi asam lemak bebas pada crude palm oil menggunakan zeolit terativasi K2CO3,” Indo. J. App. Chem, vol. 2, no. 3, pp. 112–120, 2019. [26] L. Maulinda, N. ZA, and N. Nurbaity, “Hidrolisis Asam Lemak Dari Buah Sawit Sisa Sortiran,” J. Teknol. Kim. Unimal, vol. 6, no. 2, pp. 1–15, 2017. [27] H. Navitania, H. W. Tyanti, and Sukamto, “Minyak Atsiri daun jeruk purut dan sereh dapur pada kalor premium,” J. Tek. Kim., vol. 13, no. 2, pp. 44–48, 2019. ... Minyak goreng kelapa sawit merupakan hasil dari Ekstraksi buah kelapa sawit terdiri dari dua jenis, yaitu minyak yang berasal dari inti kelapa sawit yang disebut palm kernel oil dan minyak yang berasal dari buah kelapa sawit Husain and Marzuki, 2021. Minyak yang berasal dari inti kelapa sawit tidak berwarna merah karna mengandung sedikit karotenoid dan sedikit asam lemak jenuh. ...Rodhiansyah DjayasingaMimi SugiartiFilia YunizaLendawati LendawatiABSTRAK Minimnya pelatihan pengelolaan limbah minyak jelantah dan batang pisang kepok menjadi sabun, merupakan salah satu hambatan komunitas pengguna teknologi tepat guna dalam mengolah kedua jenis limbah tersebut. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untukmembuat produk sabun dengan bahan baku limbah minyak jelantah dan batang pisang kepok, meningkatkan keterampilan komunitas pengguna teknologi tepat guna agar mampu mengelola limbah minyakjelantah dan batang pisang kepok menjadi sabun lunak cuci piring. Metode pelatihan dilakukan dengan melaksanakan pretest, memanfaatkan aplikasi zoom meeting dalam menyampaikan pengetahuan teori, praktikum di laboratorium, postest. Hasil kegiatan pengabmas diperoleh melalui pretest untuk mengukur tingkat pengetahuan para anggota komunitas pengguna teknologi tepat guna dalam mengelola limbah minyak jelantah dan batang pisang kepok menjadi sabun lunak. Hasil pretest diperoleh skor sebesar 27,5%, postes sebesar 94,17%, sehingga diperoleh nilai peningkatan pengetahuan sebesar 70,82%. Pemakaian KOH kristal dapat lebih hemat 50% karena telah menggunakan sumber KOH yang berasal dari batang pisang kepok. Mutu produk sabun memiliki nilai pH 8,5. Kesimpulan dari kegiatan pengabmas ini, telah berhasil memperoleh produk sabun dan meningkatkan kemampuan komunitas pengguna teknologi tepat guna dalam mengelola limbah minyak jelantah dan batang pisang menjadi sabun lunak. Saran untuk kegiatan pengabmas ini masih perlu dllanjutkan untuk meningkatkan mutu sabun sesuai Standar Nasional Indonesia SNI sehingga bisa menjadi produk yang dapat dijual dan menjadi usaha untuk meningkatkan perekonomian komunitas pengguna teknologi tepat guna. Kata Kunci Batang Pisang Kepok, Komunitas Pengguna Teknologi Tepat Guna, Limbah, Minyak Jelantah, Sabun Lunak ABSTRACT The lack of training in the management of used cooking oil and banana stems into soap is one of the obstacles to the community using appropriate technology in processing these two types of waste. The purpose of this community service activity is to make soap products with waste cooking oil and kepok banana stems as raw materials, improve the skills of the community using appropriate technology so that they are able to manage waste cooking oil and kepok banana stems into soft dish soap. The training method is carried out by carrying out a pretest, utilizing the zoom meeting application in conveying theoretical knowledge, practicum in the laboratory, posttest. The results of community service activities were obtained through a pretest to measure the level of knowledge of community members using appropriate technology in managing waste cooking oil and kepok banana stems into soft soap. The results of the pretest obtained a score of posttest of so that the value of increasing knowledge is The use of KOH crystals can save 50% more because they have used a source of KOH derived from the stem of the kepok banana. The quality of the soap product has a pH value of The conclusion of this community service activity is that it has succeeded in obtaining soap products and increasing the ability of the community using appropriate technology to manage waste cooking oil and banana stems into soft soap. Suggestions for this community service activity still need to be continued to improve the quality of soap according to the Indonesian National Standard SNI so that it can become a product that can be sold and is an effort to improve the economy of the community using appropriate technology. Keywords Kepok Banana Stem, Community of Users of Appropriate Technology, Waste, Used Cooking Oil, Soft Soap... Minyak atau lemak akan rusak pada suhu tinggi ± 200 0 C dan dapat mengakibatkan keracunan dalam tubuh serta bersifat karsinogenik. Semakin tinggi suhu penyimpanan dalam tangki, akan semakin meningkatkan kadar ALB minyak goreng kelapa sawit Husain & Marzuki, 2021. Selain suhu yang tinggi, minyak juga dapat mengalami kerusakan karena penyimpanan. ...Ayu ParamithaRina EkawatiPalm Kernel Oil PKO merupakan minyak yang berasal dari kernel buah kelapa sawit. Minyak nabati yang dikonsumsi di Indonesia pada umumnya dalam bentuk produk hilir, seperti oleochemical sedangkan ekspor dalam bentuk minyak nabati. Salah satu hal yang dapat dilakukan pemerintah terkait hal tersebut adalah dengan memperbaiki mutu minyak PKO. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesesuaian mutu PKO asal PT. Perkebunan Nusantara PTPN IV Unit Usaha Pabatu terhadap mutu PKO Standar Nasional Indonesia SNI. Penelitian dilakukan selama 3 bulan Oktober-Desember 2020 di Laboratorium Kimia Organik, Universitas Negeri Yogyakarta. Pemurnian minyak dilakukan melalui 3 tahapan yaitu degumming metode acid degumming, bleaching metode adsorbsi, dan deodorizing metode vakum. Pengujian kadar ALB dilakukan dengan metode titrasi alkalimetri. Pengujian kadar air dan kadar kotoran dilakukan dengan metode gravimetri yaitu oven terbuka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar asam lemak bebas ALB PKO yaitu 3,08%, kadar air 2,77%, dan kadar kotoran 2,73%. Kadar ALB minyak PKO telah sesuai dengan SNI 01-0003-1987 dan standar yang ditetapkan PTPN IV Unit Usaha Pabatu. Hasil uji mutu kadar air dan kadar kotoran belum memenuhi melebihi dari standar mutu SNI 01-0003-1987 dan standar mutu yang ditetapkan oleh PTPN IV Unit Usaha Pabatu.... Triglycerides are mostly contained in oils and fats, and are the largest component of vegetable oils. In addition to triglycerides, there are also monoglycerides and diglycerides [13]. ...Biodiesel is an alternative fuel for diesel machine comprosied of alkyl monoesters deriving from vegetable oils or animal fats. Cooking oil is an oil originated from vegetable or animal fat which has been priorly purified, where it appears in liquid form at room temperature and is usually used to fry food ingredients. Heterogenous catalyst is a catalyst present in different phase with the reagent in a reaction it catalyzes. Kalium content in banana in a banana bunch is sufficiently high reaching The aim of this study was to utilize banana bunch which has been priorly ashed using furnace at 700°C for 4 hours, thereafter, applied as a heterogenous catalyst in a the preparation process of biodiesel from cooking oil. Processing variables investigated in this research included the influences of the number of catalyst 3, 4, 5, 6, and 7% and molar rasio of oil and methanol 15, 16, 17, 18, and 19 against the properties of produced biodiesel, namely density, viscosity, and water content which later compred with Indonesian standard SNI. From the study, it was obtained maximum yield of with methanoloil rasio of 17 at processing temperature of 60°C with reaction time of 90 minutes and catalyst as much as 3 % w/w. The characteristics of the cooking oil-based biodiesel obtained from the a reaction with oil methanol rasio of 16 and catalyst as much as 3% w/w were density 850 kg/m3 and viscosity 621 mm2/s. This research showed that the obtained biodiesel characteristics had been sufficient according to the SNI, and the use of calcinated banana bunch was very potential in the production of biodiesel acting as solid catalyst person.... Triglycerides are mostly contained in oils and fats, and are the largest component of vegetable oils. In addition to triglycerides, there are also monoglycerides and diglycerides [13]. ...Meriatna MeriatnaZulmiardi Zulmiardi Suryati SuryatiRahmadhani RahmadhaniBiodiesel is an alternative fuel for diesel machine comprosied of alkyl monoesters deriving from vegetable oils or animal fats. Cooking oil is an oil originated from vegetable or animal fat which has been priorly purified, where it appears in liquid form at room temperature and is usually used to fry food ingredients. Heterogenous catalyst is a catalyst present in different phase with the reagent in a reaction it catalyzes. Kalium content in banana in a banana bunch is sufficiently high reaching The aim of this study was to utilize banana bunch which has been priorly ashed using furnace at 700°C for 4 hours, thereafter, applied as a heterogenous catalyst in a the preparation process of biodiesel from cooking oil. Processing variables investigated in this research included the influences of the number of catalyst 3, 4, 5, 6, and 7% and molar rasio of oil and methanol 15, 16, 17, 18, and 19 against the properties of produced biodiesel, namely density, viscosity, and water content which later compred with Indonesian standard SNI. From the study, it was obtained maximum yield of with methanoloil rasio of 17 at processing temperature of 60°C with reaction time of 90 minutes and catalyst as much as 3 % w/w. The characteristics of the cooking oil-based biodiesel obtained from the a reaction with oil methanol rasio of 16 and catalyst as much as 3% w/w were density 850 kg/m3 and viscosity 621 mm2/s. This research showed that the obtained biodiesel characteristics had been sufficient according to the SNI, and the use of calcinated banana bunch was very potential in the production of biodiesel acting as solid catalyst person. Muhammad BusyairiAufar Za’im MuttaqinIka MeicahyantiSaryadi SaryadiThis study aimed to determine the effect of reaction time and catalyst variations on the quality of biodiesel according to SNI 7182 2015 determine the best reaction time and catalyst variations on the yield parameters, water content, viscosity, density, flash point, and methyl ester levels of biodiesel produced. Based on the research, the results show that the quality of biodiesel obtained for each parameter meets the SNI 7182 2015 quality standards except for water content parameters that still exceed the quality standard limits. The best quality of biodiesel is shown in the variation of the reaction time of 120 minutes with KOH catalyst with a yield of moisture content of density of gr/ml, the viscosity of CST, flash point 174°C and levels of methyl esters Biodiesel from used cooking oil can be applied as renewable energy that is more environmentally efficient. This study aimed to determine the effect of reaction time and catalyst variations on the quality of biodiesel according to SNI 7182 2015 determine the best reaction time and catalyst variations on the yield parameters, water content, viscosity, density, flash point, and methyl ester levels of biodiesel produced. Based on the research, the results show that the quality of biodiesel obtained for each parameter meets the SNI 7182 2015 quality standards except for water content parameters that still exceed the quality standard limits. The best quality of biodiesel is shown in the variation of the reaction time of 120 minutes with KOH catalyst with a yield of moisture content of density of gr/ml, the viscosity of CST, flash point 174°C and levels of methyl esters Biodiesel from used cooking oil can be applied as renewable energy that is more environmentally efficient. membekunya minyak kelapa pada saat udara dingin